Dalam kaitannya dengan konsepsi manusia, terdapat perbedaan yang sangat besar antara kaum liberalis dan Marxis dalam mendeskripsikannya. Kaum liberalis melihat konsep manusia sebagai sebuah bentuk kesadaran diri dari manusia itu sendiri. Bentuk kesadaran diri itu sendiri selanjutnya diinterpretasikan oleh manusia melalui bahasa, seni, simbol-simbol maupun ilmu pengetahuan, kaum liberalisme melihat manusia sebagai mahluk yang berpikir dan rasional. Kaum liberalis melihat bahwa kesadaran diri dalam manusia tersebut akan menentukan keberadaan sosialnya. Dengan kata lain nilai-nilai yang dibentuk oleh manusia akan menentukan keberadaan sosial seseorang.
Berbeda dengan kaum liberalis, konsep manusia menurut kaum Marxis terbentuk oleh bagimana upaya manusia untuk menjadikan dirinya sendiri. Upaya menjadikan diri sendiri tersebut diapresiasikan melalui karya dan produktivitasnya. Kaum Marxis melihat bahwa justru keberadaan sosial yang akan menentukan kesadaran diri manusia. Dengan kata lain setiap perubahan yang terkait dengan konsep manusia ditentukan melalui aspek material bukan ide maupun nilai-nilai manusia. Kaum Marxis melihat pemikiran ini sebagai konsep materialisme historis.
Dalam kaitannya dengan isu feminisme, maka kaum feminis Marxis melihat eksistensi sosial dari suatu gender akan menentukan kesadaran dirinya sendiri. Seorang perempuan tidak akan mampu membentuk dirinya sendiri selama secara sosial maupun ekonomi masih tergantung pada laki-laki. Kaum feminis Marxis melihat alasan mengapa perempuan tertindas sangat terkait dengan status kerja dan citra (image) perempuan itu sendiri. Jika seorang perempuan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan sangat tergantung kepada laki-laki maka perempuan akan mempunyai posisi tawar yang rendah di mata laki-laki. Posisi tawar yang rendah dimata laki-laki ini selanjutnya dapat mendorong berbagai bentuk ketidakadilan gender terhadap kaum perempuan.
Status kerja perempuan selanjutnya akan berkorelasi dengan citra sosial terhadap perempuan itu sendiri. Dengan mayoritas perempuan yang hidupnya sangat tergantung kepada laki-laki, maka sosialisasi terhadap posisi tawar perempuan yang rendah dibandingkan laki-laki akan membentuk citra perempuan dalam masyarakat. Dampak dari sosialisasi itu selanjutnya adalah legitimasi masyarakat bahwa posisi perempuan tidak terlalu penting dan segala bentuk ketidakadilan gender akan dianggap wajar. Sosialisasi yang terlanjur tertanam kuat dalam masyarakat selanjutnya diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya dan terkonstruksi dalam budaya masyakat. Dengan kata lain, maka kaum feminis Marxis melihat kesetaraan gender hanya dapat diwujudkan memalui upaya eksistensi perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Hal ini akan memperbaiki posisi tawar mereka dibandingkan laki-laki dan menjadi bukti akan kapabilitas mereka dalam masyarakat dengan harapan citra mereka yang telah terkonstruksi dalam masyarakat dapat berubah.